Blog buat belajar

Kamis, 16 April 2015

Karakteristik Ekosistem Estuaria

Karakteristik Ekosistem Estuaria| Estuaria sebagai ekosistem kompleks, memiliki variasi yang sangat besar dalam banyak parameter fisik dan kimia sehingga lingkungannya menjadi sangat menekanbagi kehidupan organisme. Beberapa faktor fisik dan kimia lingkungan yang dapat menjadi faktor pembatas dalam ekosistem estuaria antara lain:
1. Salinitas
  • Salinitas daerah estuaria sangat fluktuatif dan tergantung pada musim, topografi estuaria, aksi pasang air laut, dan volume air tawar. Dua musim dalamsetahun di daerah tropis seperti di Indonesia dan tipe pasang semi diurnal padasebagian besar wilayahnya (dua kali pasang dan dua kali surut) dalam waktu seharisemalam menyebabkan terjadinya fluktuasi salinitas yang periodisitasnya sangatpendek (sekitar 6 jam). Aksi pasang air laut yang besar mendorong air laut masuk cukup jauh ke hulu sungai dan sebaliknya pasang turun akan mendorong kembali isohaline ke hilir.Kondisi ini menyebabkan pada daerah yang sama di estuarin memiliki salinitas yangberbeda pada waktu yang berbeda sesuai dengan perubahan aksi pasang dan volume air tawar.
  • Faktor ke dua yang mempengaruhi salinitas di daerah estuarin adalah kekuatan coriolis, yaitu terjadinya pembelokan arah gerak melingkar akibat rotasibumi mengelilingi sumbunya. Berputarnya bumi pada porosnya mengakibatkanperubahan arah gerakan air laut yang masuk ke daratan (muara sungai),membelokannya kearah kanan dibelahan bumi sebelah utara dan kearah kiri padabelahan bumi bagian selatan. Sebagai contoh di daerah estuaria di sekitar pulau jawabagian selatan, kekuatan coriolis akan membelokkan air laut yang masuk ke estuaria kearah kiri apabila kita melihat estuaria kearah laut. Akibatnya, pada dua titik yang berlawanan dan teletak pada jarak yang sama dari laut akan memiliki salinitas yangberbeda. Faktor ke tiga yang menyebabkan fluktuasi salinitas di estuarin adalahmusim. Di Indonesia dengan dua musim yang berbeda dalam setahun akan menyebabkan perbedaan salinitas sebagai akibat berubahnya volume air tawar danberubahnya intensitas cahaya matahari. Fluktuasi salinitas selain terjadi di kolam airnya juga terjadi pada substratdasarnya. Substrat estuarin yang berupa pasir atau lumpur akan menahan air diantara partikel-partikelnya. Air interstitial ini berasal dari air yang semula terdapat di atassubstrat. Perubahan salinitas air interstitial jauh lebih lambat dibanding dengan air diatasnya, karena itu air interstitial serta Lumpur dan pasir di sekitarnya bersifat bufferterhadap air yang di atasnya.Berdasarkan beberapa pengaruh faktor fisik dan kimia lingkungan terhadap terbentuknya rezim salinitas baik secara vertikal maupun horisontal di daerah estuarindapat disimpulkan bahwa: Pada ekosistem estuarin, berdasarkan salinitasnyaterbentuk tiga zona yaitu zona air tawar, air payau dan air laut. Antara zona-zona initerdapat garis pemisah yang hanya dapat dilewati oleh organisme yang memilikikemampuan adaptasi fisiologi tertentu.
2. Suhu
  • Suhu air estuaria memiliki fluktuasi harian lebih besar dibanding dengan perairan lainnya. Hal ini disebabkan karena luas permukaan estuaria relatif lebih besarjika dibandingkan dengan volume airnya. Air estuaria cenderung lebih cepat panas danlebih cepat dingin tergantung kondisi atmosfir yang melingkupinya. Alasan lain bervariasinya suhu pada ekosistem estuarin adalah karena masuknya air tawar yang suhunya lebih depengaruhi oleh perubahan suhu musiman. Selain itu suhu di estuariajuga bervariasi secara vertikal karena pengaruh fluktuasi suhu harian. Perairan permukaan cenderung mempunyai kisaran suhu terbesar dibanding dengan perairan yang lebih dalam
3. Ombak dan Arus
  • Terjadinya ombak tergantung pada luas permukaan perairan dan juga anginya. Estuaria memiliki luas perairan terbuka yang sempit karena dibatasi oleh daratan pada ketiga sisinya, dengan demikian anginya yang bertiup untuk menciptakan ombak juga minimal. Kedalaman dan sempitnya mulut estuaria juga menjadi penghalangterbentuknya ombak yang besar atau menghilangkan pengaruh ombak laut yang masuk estuaria. Arus di estuaria cenderung disebabkan oleh aksi pasang air laut dan aliran sungai. Kecepatan arus tertinggi terjadi pada bagian tengah sungai/muara di mana hambatan gesek dengan dasar dan tepian menjadi minimal. Arus di daerah estuaria sering mengakibatkan timbulnya erosi dan biasanya diikuti oleh pengendapan di mulut muara. Adanya perbedaan kecepatan arus yang berasal dari sungai dari musim kemusim menyebabkan perbedaan kecepatan erosi dan pengendapan, sehingga banyak kasus terutama di beberapa tempat di Indonesia muara sungai bergeser dari tempat semula.
4. Substrat dasar
  • Kebanyakan estuaria didominasi oleh substrat berlumpur yang berasal dari proses pengendapan material baik yang dibawa oleh air laut maupun oleh air tawardari aliran sungai. Air laut dan air sungai membawa banyak partikel pasir maupunlumpur yang tersuspensi dan keduanya bertemu di estuaria. Berbagai ion yang berasaldari laut akan mengikat partikel Lumpur yang terbawa air sungai sehinggamenggumpal dan mengendap sebagai dasar substrat yang khas. Kondisi terlindungestuaria juga menyebabkan berkurangnya kecepatan air, dengan demikian partikelmengendap dan membentuk substrat dasar estuaria baik lumpur atau pasir. Pengendapan partikel juga tergantung pada arus dan ukuran partikel yangtersuspensi. Partikel yang lebih besar mengendap lebih cepat, dan arus yang kuatmempertahankan partikel tersespensi (halus), dengan demikian substrat pada daerahdengan arus yang kuat akan didominasi oleh substrat berpasir atau kerikil dan padadaerah dengan arus yang lemah substrat dasar didominasi oleh Lumpur halus. Air lautakan melepas materi lebih besar (pasir) pada mulut estuaria, sedangkan air sungaimelepas material kasar pada bagian hulu estuaria atau bahkan pada sungai itu sendiri,dengan demikian daerah tempat percampuran antara air laut dan air tawar akandidominasi oleh endapan halus (Lumpur). Di antara endapan lumpur adalah materiorganik sehingga estuaria menjadi tempat yang kaya cadangan bahan makanan bagiorganisme.
5. Kekeruhan (turbiditas)
  • Besarnya jumlah partikel tersuspensi menyebabkan pada waktu-waktu tertentu terutama pada saat musim penghujan dimana volume air tawar meningkat danmembawa material akibat erosi menyebabkan kekeruhan meningkat, demikian juga aktivitas pasang air laut. Kekeruhan biasanya minimum pada mulut muara dansemakin meningkat kea rah hulu sungai. Pengaruh ekologis kekeruhan adalahmenurunnya daya penetrasi cahaya matahari ke dalam perairan yang selanjutnya menurunkan produktivitas primer akibat penurunan fotosintesis fitoplankton dantumbuhan bentik.
6. DO (Oksigen terlarut)
  • Kandungan oksigen terlarut daerah estuaria sangat tergantung beberapa faktor antara lain: suhu, salinitas, pengadukan, dan aktivitas organisme. Melihat kondisi fisikdaerah estuarin, maka secara umum wilayah ini memiliki kandungan oksigen terlarutrelative tinggi dibanding perairan lain. Pada musim kemarau yang panjang dimana penggelontoran air tawar menurun dan suhu serta salinitas relatif tinggi di permukaan perairan, menyebabkan prosespengadukan dan distribusi oksigen dari permukaan ke dasar perairan sedikit terhambatsehingga kandungan oksigen di dasar perairan menurun. Selain itu menurunnyakandungan oksigen di dasar perairan juga dapat disebabkan karena tingginya bahanorganik yang terdeposit dan tingginya populsi dan individu bakteri di dalam sedimentmenyebabkan meningkatnya pemakaian oksigen. Ukuran partikel dalam sedimentyang halus juga membatasi pertukaran air interstitial dan air yang diatasnya (kayaoksigen) sehingga oksigen sangat cepat berkurang, bahkan pada beberapa sentimeterdalam sedimen dapat bersifat anoksik.
Perpaduan antara beberapa sifat fisik estuaria mempunyai peranan yang penting terhadapa kehidupan biota estuaria. Beberapa sifat yang penting antara lain:

  1. Salinitas. Estuaria memiliki gradien salinitas yang bervariasi, terutama bergantung pada masukan air tawar dari sungai dan air laut melalui pasang surut. Variasi ini menciptakan kondisi yang menekan bagi organisme, tetapi mendukung kehidupan biota yang padat dan juga menangkal predator dari laut yang pada umumnya tidak menyukai perairan dengan salinitas rendah.
  2. Substrat. Sebagian besar estuaria didominasi oleh substrat berlumpur yang berasal dari sedimen yang dibawa melalui air tawar (sungai) dan air laut. Sebagian besar lumpur estuaria bersifat organik, sehingga substrat ini kaya akan bahan organik. Bahan organik ini menjadi cadangan makanan yang penting bagi organisme estuaria
  3. Sirkulasi air. Selang waktu mengalirnya air dari sungai ke dalam estuaria dan masuknya air laut melalui arus pasang surut menciptakan suatu gerakan dan transpor air yang bermanfaat bagi biota estuaria, khususnya plankton yang hidup tersuspensi dalam air
  4. Pasang surut. Arus pasang surut berperan sebagai pengangkut zat hara dan plankton. Disamping itu arus ini juga berperan untuk mengencerkan dan menggelontorkan limbah yang sampai si estuaria.
  5. Penyimpanan zat hara. Peranan estuaria sebagai penyimpanan zat hara sangat besar. Pohon mangrove dan lamun serta ganggang lainnya dapat mengkonversi zat hara dan menyimpannya sebagai bahan organik yang akan digunakan kemudian oleh organisme hewani.
Dengan kondisi lingkungan fisik yang bervariasi dan merupakan daerah peralihan antara darat dan laut, estuaria mempunyai pola pencampuran air laut dan air tawar yang tersendiri. Menurut (Kasim, 2005), pola pencampuran sangat dipengaruhi oleh sirkulasi air, topografi , kedalaman dan pola pasang surut karena dorongan dan volume air akan sangat berbeda khususnya yang bersumber dari air sungai. Berikut pola pencampuran antara air laut dengan air tawar:
 Pola dengan dominasi air laut (Salt wedge estuary) yang ditandai dengan desakan dari air laut pada lapisan bawah permukaan air saat terjadi pertemuan antara air sungai dan air laut. Salinitas air dari estuaria ini sangat berbeda antara lapisan atas air dengan salinitas yang lebih rendah dibanding lapisan bawah yang lebih tinggi.
  1. Pola percampuran merata antara air laut dan air sungai (well mixed estuary). Pola ini ditandai dengan pencampuran yang merata antara air laut dan air tawar sehingga tidak terbentuk stratifikasi secara vertikal, tetapi stratifikasinya dapat secara horizontal yang derajat salinitasnya akan meningkat pada daerah dekat laut.
  2. Pola dominasi air laut dan pola percampuran merata atau pola percampuran tidak merata (Partially mixed estuary). Pola ini akan sangat labil atau sangat tergantung pada desakan air sungai dan air laut. Pada pola ini terjadi percampuran air laut yang tidak merata sehingga hampir tidak terbentuk stratifikasi salinitas baik itu secara horizontal maupun secara vertikal.
  3. Pada beberapa daerah estuaria yang mempunyai topografi unik, kadang terjadi pola tersendiri yang lebih unik. Pola ini cenderung ada jika pada daerah muara sungai tersebut mempunyai topografi dengan bentukan yang menonjol membetuk semacam lekukan pada dasar estuaria. Tonjolan permukaan yang mencuat ini dapat menstagnankan lapisan air pada dasar perairan sehingga, terjadi stratifikasi salinitas secara vertikal. Pola ini menghambat turbulensi dasar yang hingga salinitas dasar perairan cenderung tetap dengan salinitas yang lebih tinggi.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Definition List

Unordered List

Support