Blog buat belajar

Senin, 13 April 2015

Ekosistem Lamun

Ekosistem Lamun| Ekosistem pesisir merupakan ekosistem yang dinamis dan mempunyai kekayaan habitat yang beragam, di darat maupun di laut, serta saling berinteraksi antara habitat tersebut. Dalam suatu wilayah pesisir terdapat satu atau lebih sistem lingkungan (ekosistem) dan sumberdaya pesisir. Ekosistem pesisir dapat bersifat alami ataupun buatan (man-made). Ekosistem alami yang terdapat di wilayah pesisir antara lain adalah: terumbu karang (coral reefs), hutan mangroves, padang lamun, pantai berpasir (sandy beach) dan estuaria. Pada artikel ini kita akan membahas mengenai ekosistem lamun.
Ekosistem lamun adalah ekosistem laut dangkal yang produktif selain terumbu karang, mangrove, dan estuary. Ekosistem lamun (seagrass) mempunyai peranan penting dalam kehidupan organisme di laut (Hutomo dan Azkab, 1987). Lebih lanjut Nontji (1987) menerangkan bahwa lamun adalah tumbuhan berbunga yang sepenuhynya menyesuaikan diri untuk hidup terbenam dalam laut. Jenis lamun dapat berkembang baik di perairan laut dangkal, tidak seperti tumbuhan berbunga di darat, karena mempunyai beberapa sifat untuk dapat berhasil hidup di laut, yaitu 1) mampu beradaptasi dengan medium air asin, 2) mampu tumbuh dalam keadaan terbenam, 3) mempunyai sistem perakaran yang kuat untuk menahan gelombang, 4) mampu melaksanakan daur generative dalam keadaan terbenam (Arber, 1920 dalam philips dan Menez, 1988).

Biasanya komunitas lamun berada di antara dua komunitas yaitu terumbu karang di laut dan komunitas mangrove di pantai. Interaksi yang terjadi diantaranya diklasifikasikan menjadi lima tipe utama yaitu interaksi-interaksi fisik, nutrien dan organic terlarut (dissolved organic matter), materi organic melayang (particulate organic matter), ruaya hewan dan dampak manusia (UNESCO, 1983 dalam Hutomo dan Azkab, 1987).


Menurut Purwanto dan Suryadi (1984, dalam Rasyid, 2001: 9), komunitas lamun mempunyai peran ganda dalam pengendalian atau perubahan ekosistem perairan yaitu sebagai makanan hewan air (penyu, ikan, teripang, dan lain-lain), habitat biota epifit, produsen serasah melalui proses dekomposisi, pendaur zat hara organic maupun anorganik dan penangkap serta stabilisator sedimen. Sedangkan menurut Koesoebiono (1995, dalam Rasyid, 2001: 9) fungsi lamun di lingkungan pesisir adalah sebagai berikut:
  • Sistem perakaran lamun yang padat dan saling menyilang dapat menstabilkan dasar laut dan mengakibatkan kokoh tertanamnya lamun dalam dasar laut.
  • Padang lamun berfungsi juga sebagai perangkap sedimen yang kemudian diendapkan dan distabilkan
  • Padang lamun segar merupakan makanan bagi ikan duyung (yang sebenarnya bukan jenis ikan, melainkan hewan menyusui), penyu laut, bulu babi dan beberapa jenis ikan. Padang lamun merupakan daerah penggembalaan (grazing ground) yang penting artinya bagi hewan-hewan laut tersebut. Ikan laut lainnya dan udang tidak makan daun segar melainkan serasah (detritus) dari lamun. Detritus ini dapat tersebar luas oleh arus ke perairan di sektar padang lamun.
  • Padang lamun merupakan habitat bagi bermacam-macam ikan (umumnya ikan berukuran keci) dan udang
  • Pada permukaan daun lamun, hidup melimpah ganggang-ganggang renik (biasanya ganggang bersel tunggal) hewan-hewan renik dan mikroba, yang merupakan makanan bagi bermacam jenis ikan yang hidup pada padang lamu
  • Banyak jenis ikan dan udang yang hidup di perairan sekitar padang lamun menghasilkan larva yang bermigrasi ke padang lamun untuk tumbuh besar. Bagi larva-larva ini padang lamun memang menjajikan kondisi lingkungan yang optimal bagi pertumbuhannya. Dengan demikian perusakan padang lamun berarti merusak daerah asuhan (nursery ground) larva-larva tersebut
  • Daun lamun berperan sebagai tudung pelindung yang menutupi penghuni padang lamun dari sengatan sinar matahari.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan lamun itu senndiri, diantaranya:
  1. Suhu. Suhu perairan merupakan faktor penting dalam proses-proses biokimia, fotosintesis dan pertumbuhan lamun. Berwick (1983) menyatakan bahwa kisaran suhu optimal bagi spesies lamun untuk perkembangan adalah 28 – 30°C, sedangkan untuk fotosintesis, lamun membutuhkan suhu optimum antara 25-35°C dan pada saat cahaya penuh.
  2. Kedalaman. Penyebaran lamun berbeda untuk setiap spesies sesuai dengan kedalaman air. Batas kedalaman sebagian besar spesiesnya adalah 10-12 m, tetapi pada perairan yang sangat jernih dapat dijumpai pada tempat yang lebih dalam (Hutomo, 1985). Kiswara (1994) menyatakan untuk spesies lamun yang bersifat pionner (seperi Cymodoceae sp, Halodule sp, Syringodium sp.) cenderung tumbuh di bagian perairan dangkal, sebaliknya spesies yang bersifat klimaks (seperti Pasidonia sp), cenderung tumbuh pada perairan dalam.
  3. Kekeruhan. Menurut Erftemeijer (1993), di perairan padang lamun yang relative jernih, pada kedalaman 15 meter intensitas cahaya matahari dapat mencapai 400 lux/m2/detik sedangkan pada perairan yang keruh intensitas cahaya matahari pada kedalaman 1 meter sebesar 200 lux/m2/detik.
  4. Substra. Padang lamun termasuk jenis cosmopolitan dapat hidup di berbagai tipe substrat. Berwick (1983) menyebutkan semakin tipis substrat (sedimen) perairan akan menyebabkan kehidupan lamun tidak baik, sebaliknya semakin tebal substrat, lamun akan tumbuh subur.
  5. Salinitas. Lamun mentolerir suatu kisaran salinitas yang luas 6 o / oo sampai 60 o / oo (bahkan dapat mentolerir air tawar dalam periode pendek) (Philips,1978). Untuk pertumbuhan lamun yang optimum dibutuhkan salinitas lebih kurang 35 o / oo (Zieman dalam Berwick, 1983). Penurunan salinitas menyebabkan penurunan laju fotosintesis dan pertumbuhan (Hammer dalam Berwick, 1983).
  6.  Derajat Keasaman atau pH. Untuk mendukung kehidupan lamun secara optimal dibutuhkan kisaran pH kolom air antara 7,5 – 8,5 (Dawso, 1986 dalam Dharmayanti, 1989). Kisaran tersebut juga merupakan kisaran optimal pH air laut.
  7. Oksigen Terlarut (DO). Oksigen terlarut adalah kosentrasi gas oksigen yang terlarut dalam air, oksigen terlarut ini berasal dari hasil fotosintesis oleh fitoplankton atau tanaman air lainnya dan difusi dari udara (APHA, 1989). Oksigen terlarut merupakan kebutuhan dasar untuk kehidupan tanaman dan hewan air di dalam air. Kosentrasi oksigen terlarut yang terlalu rendah akan menyebabkan kematian pada biota yang terdapat di air.
Demikian artikel mengenai Ekosistem Lamun, semoga bermanfaat.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Definition List

Unordered List

Support