Cara Membuat Herbarium Basah| Yang dimaksud dengan herbarium basah adalah specimen tumbuhan yang telah diawetkan dan disimpan dalam suatu larutan yang dibuat dari berbagai macam zat dengan komposisi yang berbeda-beda. Komponen utama yang digunakan dalam pembuatan larutan pengawet itu antara lain adalah: alcohol, dan formalin. Di samping tiu dapat pula ditempatkan zat-zat lain untuk tujuan-tujuan tertentu, untuk sejauh mungkin mempertahankan warna asli bahan tumbuhan yang diawetkan. Penggunaan alcohol akan selalu berakibat hilangnya warna asli bahan tumbuhan, dan juga alcohol itu harganya relative mahal sehingga perlu dipikirkan untuk mendapatkan alternatifnya yang lebih murah.
Formalin jauh lebih murah daripada alcohol, namun bahan-bahan tumbuhan yang disimpan dalam formalin akan menjadi keras atau kaku, lebih-lebih lagi bagi bahan yang mengandung protein yang relative tinggi. Formalin tidak terlalu besar daya larutnya terhadap warna-warna yang terdapat pada bahan tumbuhan, khususnya klorofil. Penambahan tursi ke dalam larutan pengawet yang dibuat dari formalin, sampai suatu derajat tertentu mampu mempertahankan warna asli bahan tumbuhan yang disimpan di dalamnya. Eksperimentasi untuk mendapatkan konsentrasi larutan yang tepat, demikian pula komposisi campurannya dengan bahan-bahan lain, perlu dilakukan untuk memperoleh awetan sesuai dengan tujuan dengan biaya yang serendah mungkin.
Larutan pengawet yang baik antara lain harus tetap jernih dalam jangka waktu yang lama, dan bahan yang diawetkan di dalamnya tetap baik tidak terlalu banyak menunjukkan penyimpangan dari keadaan aslinya.
Pada dasarnya semua bahan tumbuhan dapat dijadikan herbarium basah, namun hal itu tidak dilakukan mengingat hal-hal berikut:
Pada dasarnya semua bahan tumbuhan dapat dijadikan herbarium basah, namun hal itu tidak dilakukan mengingat hal-hal berikut:
- Biaya pembuatan yang terlalu tinggi antara lain untuk harga larutan pengawet atau wadah yang digunakan.
- Memerlukan tempat meletakkan specimen-spesimen yang kokoh atau ruang untuk penyimpanan yang lebih luas.
- Penanganan harus secara lebih berhati-hati untuk menghindarkan pecahnya wadah dan tumpahnya larutan pengawet.
Dari bahan tumbuhan yang sering dijadikan herbarium basah ialah bahan-bahan yang mempunyai sifat-sifat berikut:
- Ukuran tidak terlalu besar, namun bila dikeringkan mudah terlepas dan bila dipres akan kehilangan ciri-ciri utamanya.
- Merupakan bahan tumbuhan yang berasal dari jenis-jenis tumbuhan yang hidup di air atau mempunyai kadar air yang tinggi, seperti misalnya warga ganggang dan jamur.
Pengelolaan Herbarium
Bagi dunia ilmu pengetahuan, koleksi herbarium yang merupakan objek studi utama bagi para ahlitaksonomi, merupakan kekayaan yang tak ternilai harganya. Tak mengherankan bahwa gedung-gedung untuk menyimpan koleksi itu merupakan bangunan-bangunan yang megah yang di dalamnya bekerja tokoh-tokoh ilmu pengetahuan yang kenamaan, dibantu oleh sejumlah karyawan non-ilmiah yang bertugas untuk pengelolaan koleksi secara administrative dan teknis.
Sesuai dengan ruang yang tersedia dalam gedung herbarium, koleksi herbarium baik yang kering maupun yang basah dipisah-pisah dan ditata di ruang yang tersedia untuk masing-masing takson menurut klasifikasi yang dibuat oleh para ahli dalam lembaga itu. Ada ruangan tersendiri untuk golongan tumbuhan spora (Cryptogamae), dan ada ruangan tersendiri untuk tumbuhan berbiji (Phanerogamae, Spermatophyta). Dalam ruangan untuk tumbuhan spora dipisahkan lagi di tempatnya masing-masing koleksi ganggang (algae), jamur (fungi), lumut (bryophyte), dan tumbuhan paku (pteridophyta), sedang dalam ruangan untuk tumbuhan berbiji dilakukan pemisahan untuk koleksi tumbuhan biji terbuka (gymnospermae)dan tumbuhan biji tertutup (angiospermae).
Selanjutnya dalam masing-masing ruangan untuk golongan tumbuhan tertentu itu (yang biasanya merupakan takson tingkat tinggi seperti disebut di atas), koleksi disusun lagi berdasar takson yang tingkatannya lebih rendah dan ditata menurut abjad.
Dalam herbarium-herbarium tertentu, specimen herbarium yang disimpan dimasukkan dalam map/ sapmul dengan warna yang berbeda-beda, yang masing-masing menunjukkan wilayah geografis asal specimen-spesimen tadi. Dengan demikian berate bahwa dari jenis-jenis tumbuhan yang specimen-spesimennya tersimpan dalam herbarium itu, tersedia pula informasi mengenai distribusigeografisnya.
Koleksi herbarium basah disimpan dalam ruangan tersendiri yang terpisah dari ruang untuk herbarium kering. Penataan dalam ruang diatur seperti dilakukan terhadap koleksi herbarium kering, yaitu dipisah-pisah menurut takson kategori besar, selanjutnya dalam masing-masing takson kategori di bawahnya disusun menurut abjad.
Bila herbarium basah itu merupakan sebagian specimen yang sebagian lainnya diproses sebagai herbarium kering ( misalnya bunga, buah, atau organ lain yang terlepas dan dianggap perlu untuk tetap dipertahankan dalam koleksi dalam bentuk herbarium basah), baik nomor urut maupun informasi yang harus dicantumkan dalam label selain yang langsung menyangkut sifat-sifat bahan yang diawetkan secara basah itu sendiri ( nama kolektor, data taksonomi, dan lain-lain) harus disesuaikan dengan yang dimuat dalam label pada herbarium kering.
Spesimen “tipe”
Melalui pertentangan paham yang cukup sengit dan yang terjadi cukup lama antara kelompok ahli taksonomi Amerika di satu pihak dan ahli-ahli taksonomi eropa di pihak lain, akhirnya dalam lingkungan tatanama tumbuhan diterima baik apa yang hingga sekarang kita kenal sebagai penerapan “metode tipe”.
Metode tipe adalah metode pemberian nama kepada takson berdasarkan suatu unsur yang dibawahnya yang dikaitkan secara permanen dengan nama yang diberikan kepada takson tadi. Unsur itu disebut tipe tatanama atau lazimnya disingkat tipe bagi takson tadi.
Khusus untuk takson jenis dan takson-takson di bawahnya tipe itu merupakan suatu specimen herbarium yang oleh seorang yang memberikan nama kepada jenis itu dipilih di antara specimen-spesimen yang tersedia untuk dijadikan acuan utama dalam penyusunan deskripsi atau diagnosis bagi jenis tadi.
Dalam publikasi nama suatu takson baru, specimen yang merupakan tipe tatanama itu harus disebutkan secara eksplisit koleksi siapa, nomor berapa, dan tersimpan di herbarium mana. Untuk memudahkan pengenalan specimen tipe dalam suatu koleksi, pada lembar herbarium specimen yang dijadikan tipe itu, ditulis (dicap) dengan huruf-huruf yang mencolok kata “TYPE”.
Untuk koleksi herbarium yang pada publikasi nama takson yang bersangkutan belum ditentukan specimen tipenya seperti misalnya koleksi herbarium yang dijadikan acuan dasar dalam penerbitan nama-nama jenis oleh Linnaeus dalam Species Plantarum-nya, orang pertama-tama memilih salah satu dari specimen asli untuk dijadikan tipe tatanamanya, pilihan itu harus dihormati dan diakui dan tidak dibenarkan untuk ditolak. Mengingat pentingnya fungsi atau peran specimen tipe dalam tatanama tumbuhan, specimen yang terpilih sebagai tipe harus mendapat perhatian yang khusus, jangan sampai specimen itu sampai rusak atau hilang.
Kerja sama antar herbarium yang ada di seluruh dunia secara internasional
Setiap bangsa dan Negara di dunia ini langsung berkepentingan untuk dapat mengetahui kekayaannya yang berupa sumber daya alam, termasuk sumber daya nabati. Kesejahteraan suatu bangsa antara lain dipengaruhi oleh kekayaan yang berupa sumber daya nabati yang terdapat di wilayahnya, dan keuntungan ekonomis apa saja yang dapat diperoleh dari sumber daya itu. Tidak mengherankan bila dalam tiap Negara terdapat suatu lembaga herbarium, baik yang sebagai lembaga yang berdiri sendiri ataupun merupakan bagian dalam suatu lembaga penelitian biologi yang lingkup penelitiannya lebih luas, maupun merupakan bagian dari suatu universitas atau fakultas. Bahkan dalam suatu Negara yang maju terdapat sejumlah herbarium yang dalam melaksanakan kegiatannya sering pula didampingi oleh suatu kebun raya sebagai tempat untuk melestarikan keadaan jenis-jenis tumbuhan tertentu di bumi ini. Bila herbarium merupakan tempat penyimpanan koleksi specimen tumbuhan yang telah diawetkan kebun raya adalah tempat untuk memelihara koleksi specimen tumbuhan yang masih hidup yang lazimnya sekaligus dimanfaatkan pula untuk rekreasi.
Menurut Holmgren dkk, seperti dimuat dalam bukunya Index Herbarium, bagian E: The Herbaria of The World, pada waktu sekarang di seluruh dunia terdapat lebih dari 2500 herbarium (2639) yang tersebar di 147 negara. Dari sekian banyak herbarium itu informasi yang dapat diberikan tentang masing-masing lembaga itu adalah:
- Nama dan alamat lembaga masing-masing,
- Afilisasinya
- Singkatan namanya atau kode huruf untuk penunjukannya
- Nomor telepon
- Alamat untuk telegram
- Faksimil
- Kedudukan, pemerintah atau swasta
- Tahun didirikannya
- Daftar koleksinya yang penting
- Jumlah specimen (besarnya koleksi)
- Kemungkinan mengadakan tukar-menukar
- Informasi mengenai prosedur tukar-menukar dan peminjaman bahan-bahan koleksi.
- Ada dan tidaknya kebun raya sebagai lembaga yang mendampingi herbarium itu.
- Daftar nama pimpinan dan staf ahli lengkap dengan biodata dan spesialisasi masing-masing
- Penerbitan (berkala yang teratur atau tidak teratur) dan karya-karya lain yang pernah dipublikasikan.
Dari butir-butir yang disebutkan di atas dapat melihat bahwa antar lembaga-lembaga di seluruh dunia itu pada dasarnya terbuka kemungkinan kerjasama secara internasional yang luas. Terutama antara lembaga-lembaga herbarium yang kenamaan dan telah lama berdirinya, memang kerjasama itu sudah terjalin sejak lama.
Penerbitan karya-karya besar yang monumental dalam bidang taksonomi baik yang berupa flora maupun monografi, seperti flora malesiana yang berpusat di Leiden (negeri Belanda) dilakukan melalui kerjasama internasional yang luas yang melibatkan ahli-ahli taksonomi dari berbagai Negara.
Demikian artikel mengenai Cara Membuat Herbarium Basah, semoga bermanfaat.
0 komentar:
Posting Komentar